Tantri & Chua dari kelompok band kotak dan bukan
mereka saja mereka juga mengajak patner mereka citra idol salh satu pendatang
baru jebolan indonesian idol.mereka sedang berlibur di salah satu pulau di
Kepulauan Seribu. Mereka ingin sekali pergi dari hiruk pikuk kota Jakarta, dan
juga memanfaatkan waktu kosong selama tiga bulan karena sepinya panggilan untuk
show. Akan tetapi ternyata liburan itu berubah menjadi sebuah mimpi bagi mereka
bertiga. Mereka sedang beristirahat di pondok, setelah sehari penuh
berlari-lari dan bersenang-senang di pantai, ketika terdengar ketukan di pintu.
Citra membuka pintu. Dan dengan segera tiga orang polisi masuk ke pondok itu.
Ketiga gadis itu tidak mempunyai kesempatan bertanya apa yang terjadi karena
dengan segera tangan mereka diborgol dan mereka digiring ke mobil tahanan yang
menunggu di luar. Ketiga polisi itu juga mengemasi semua pakaian ketiga gadis
itu dan membawanya pergi sehingga tidak ada tanda-tanda seseorang pernah
tinggal di pondok itu. Kemudian mereka dibawa ke sebuah markas polisi.
Setelah sampai mereka digiring ke ruang interogasi di
bawah tanah. Ketiga gadis itu ditubuh menggunakan exctasy selama mereka
berlibur di pulau itu. Mereka memprotes tuduhan itu tapi polisi itu tidak
peduli atas sanggahan Citra,Chua dan Tantri. Ketiga gadis itu ditanyai secara
bersamaan pada awal pemeriksaan. Mereka sangat ketakutan, tapi karena tuduhan
itu sama sekali tidak benar, mereka sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan
dari para polisi itu. Dua dari polisi tersebut yang satu berbadan besar dan
hitam, sedang yang satu lagi berkepala botak. Kemudian Citra ditarik berdiri
untuk digeledah. Sedangkan Chua dan Tantri masih terborgol dan duduk di atas
kursi melihat penggeledahan tersebut. Polisi yang berkulit hitam berdiri di
belakang Citra dan memegangi bahunya. Tangan Citra masih terborgol ke belakang.
Lalu mulai menggeledah seluruh tubuh Citra, mulai dari dada, pinggang kemudian
turun ke paha dan kakinya. Ketika ia tidak menemukan apapun ia mengangguk
kepada polisi yang berkepala botak dan melanjutkan pencarian secara lebih
seksama.
Polisi yang berkepala botak itu mendekat dan mulai
melepaskan kancing baju Citra. Citra ketakutan dan mulai berteriak dan
meronta-ronta. Ia menutup mulut dengan tangannya dan menyuruhnya untuk diam.
Citra terus berteriak, ia kemudian menjepit hidung Citra dan menutup mulut
Citra. Citra mulai kehabisan nafas dan terus meronta-ronta. Polisi yang
berkulit hitam itu menyuruhnya untuk diam. Temannya yang berkepala botak
melepaskan tangannya dan berkata “Diam, atau kamu mati!” Citra tidak dapat
berbuat apa-apa selain mematuhi perintah itu. Polisi yang berkepala botak
melanjutkan menelanjangi Citra. Ia melepaskan kancing baju Citra dan
melepaskannya hingga bagian depan tubuh Citra terbuka. Kedua polisi itu sejenak
memandangi buah dada Citra yang tertutup oleh BH putih berenda. Polisi yang
berkulit hitam meraba toket Citra yang masih tertutup BH itu. Kemudian ia mulai
melepaskan kancing dan restleting jeans Citra. Jenas itu dengan segera dapat
ditarik turun. Ia menarik sepatu Citra dan kemudian melepaskan jeans dan kaki
Citra.
Selangkangan Citra juga tertutup oleh celana dalam
putih yang dihiasi oleh renda kecil, ia dengan tidak sabar langsung menarik
celana dalam itu membuat memek Citra terlihat. Jembut memek Citra yang
ditumbuhi bulu bulu halus menutupi bukit memek yang tampak sempit itu. Keduanya
memperhatikan memek itu selama beberapa saat tapi tanpa menyentuhnya. Karena
tangan Citra masih terborgol ke belakang, baju dan BH Citra tidak bisa dilepaskan.
Polisi yang berkepala botak mengambil kunci borgol dan melepaskan borgol itu
dari tangan Citra. Kemudian baju dan BH Citra segera dilucuti dari tubuh Citra.
Itu membuat buah dada Citra yang bulat sedang terpampang dengan jelas di
hadapan kedua polisi itu dihiasi pentilnya yang berwarna kemerahan. Citra
sekarang berdiri telanjang bulat ditengah ruangan dihadapan polisi itu. Kedua
polisi itu seakan-akan lupa dengan tugas penggeladahannya dan mulai merabai
tubuh Citra. Ketika Citra mulai meronta, yang berwajah hitam memukul buah dada
Citra dengan tangannya keras-keras. Jerit kesakitan Citra segera diredam oleh
tangan yang berkepala botak yang menutup mulutnya.
Citra diperingati untuk tetap diam dan tidak bersuara.
Citra denga putus asa diam ketika tubuhnya diraba-raba oleh tangan kedua polisi
tadi. Sementara Chua dan Tantri melihat semua yang terjadi dan ketakutan
menyadari mereka akan mendapat perlakuan yang sama. Citra yang kadang masih
meronta, membuat kedua polisi tersebut sadar tujuan mereka menelanjangi Citra.
Mereka segera mulai menggeledah tubuh Citra secara seksama. Rambut Citra
diperiksa diikuti dengan mulut kemudian kulitnya. Kemudian Citra dibaringkan di
atas sebuah meja dan dipaksa untuk menangkat kakinya hingga menempel ke
dadanya, membuat memek itu terlihat dengan sangat jelas ke atas. Tampak liang
memek yang dikelilingi bulu bulu halus itu menganga berwarna kemerahan. Yang
hitam memasukan jari tengahnya ke dalam memek Citra dan mulai mencari-cari
dengan jarinya itu. Citra merasa sangat kesakitan, dan malu mendapati seseorang
memasukan jarinya ke dalam alat kelaminya. Ketika tidak juga ditemukan sesuatu,
kedua polisi tadi memutuskan untuk memeriksa anus Citra. Citra ditarik berdiri
dan diperintahkan untuk membungkuk berpegangan pada meja tadi.
Yang hitam membuka kaki Citra dan berjongkok di
belakang Citra. Kemudian ia mendorong jari tengahnya masuk ke dalam liang anus
Citra. Citra mulai menjerit kesakitan lagi, tapi yang berkepala botak
mendekatinya dan mengancamnya akan memukuli Citrajika ia terus berteriak. Citra
dipaksa untuk merasakan anusnya diperiksa secara brutal oleh si hitam tanpa
mengeluarkan suara. Chua dan Tantri dapat mendengar nafas Citra tersentak dan
tubuh Citra mengejang setiap kali jari si hitam berputar-putar di dalam anus
Citra. Setelah mereka selesai memeriksa tubuh Citra, dengan tangan kembali
terborgol ke belakang dan telanjang bulat, Citra dibawa mendekati Chua dan
Tantri. Citra didudukan di atas kursi sementara kedua polisi tadi membawa Chua
ke tengah ruangan. Proses pencarian pada Chua sama dengan yang dilakukan pada
Citra, tapi Chua ditemukan membawa beberapa obat-obatan untuk dirinya. Ketika
polisi menemukan itu, si hitam langsung segera menelanjangi Chua kembali
memeriksa tubuh Chua secara seksama. Tubuh Chua yang putih mulus itu tampak
sangat terawat dengan baik dengan susunya yang juga berukuran sedang dihiasi
dengan puting susunya yang berwarna merah kecoklatan, sementara memeknya tampak
juga ditumbuhi dengan jembut jembut yang tipis , sungguh pemandangan yang
sangat merangsang bagi kedua polisi itu maupun bagi siapapun yang melihatnya.
Kedua polisi itu secara bergantian memasukan jari mereka ke lubang dan anus
Chua. Setelah mereka selesai air mata sudah meleleh di seluruh wajah Chua.
Selanjutnya Tantri mendapat giliran untuk diperiksa.
Dan tetap tidak ditemukan sesuatu. Kedua polisi itu juga memeriksa memek dan
pantat Tantri dengan jarinya. Rontaan Tantri hanya membuat mereka semakin
brutal memeriksa memek dan anusnya. Si hitam memasukan jari tengah dan telunjuknya
ke dalam memek Tantri, kemudian menekuknya dan memutarnya sehingga ia bisa
memeriksa seluruh bagian dalam dari memek Tantri. Kemudian setelah mereka
selesai mereka mulai menanyai ketiga gadis itu yang masih duduk terborgol,
telanjang bulat. Karena obat yang ditemukan pada dirinya kedua polisi itu mulai
menanyai Chua. Ketiga gadis itu digiring masuk ke ruangan kedua. Ketika masuk
terlihat bahwa ruangan itu kedap suara. Borgol pada tangan Citra dan Tantri
diikatkan pada rantai di dinding ruangan itu sehingga terikat di atas kepala
mereka. Sedangkan Chua dibawa di tengah ruangan. Tangan dan kaki Chua diikat,
pertama kedua tangannya ditarik oleh tali itu hingga tubuh Chua terangkat dari
lantai dengan hanya bergantung pada tangannya. Kemudian kaki Chua dikat dan
ditarik hingga terbuka dan kedua talinya diikat ke gelang besi di lantai.
Sekarang Chua tergantung tanpa menyentuh lantai
menyerupai huruf X, seluruh berat badan Chua bergantung pada tangan Chua yang
terikat ke atas. Kedua polisi itu mulai menanyai Chua mengenai obat yang
dibawanya. Chua berusaha keras menjelaskan itu adalah obat yang diberikan
dokter pada dirinya dan bukan obat terlarang. Keterangan itu hanya membuat
polisi itu semakin marah. Hitam mendekati lemari yang ada di ruangan itu dan
kembali dengan membawa sebuah pecut. Pecutannya yang pertama tepat mendarat di
puting susu Chua. Sunyi sejenak selama Chua berusaha menghirup udara, sebelum
akhirnya sebuah jerit kesakitan terdengar dari mulutnya. Chua merasa puting
susunya serasa terbakar. Pecutan kembali datang dan jeritan Chua kembali
membahana ke seluruh ruangan. Kedua polisi itu menyiksa Chua dengan sekuat
tenaga, tanpa peduli dengan aturan dalam menanyai seorang tersangka. Dua
pecutan kembali diarahkan ke kedua puting susu Chua. Kemudian si hitam berhenti
sejenak menunggu hingga Chua dapat mengumpulkan tenaga untuk berbicara lagi.
Chua memohon pada mereka untuk berhenti menyiksanya,
tapi mereka tetap terus menanyai Chua tentang obat yang ia punyai dan
hubungannya dengan para pengedar exctasy. Botak kemudian berbalik menuju
lemari, dan kembali dengan mendorong sebuah unit yang mirip dengan mesin las
yang biasa dibawa oleh tukang las keliling. Unit itu disambungkan dengan
saluran listrik di dinding. Si botak kemudian mengambil dua buah sambungan dari
mesin itu dan mendekati Chua. Di ujung sambungan itu terdapat jepitan buaya
berukuran besar yang biasa digunakan untuk mengisi sebuah aki. Si botak
kemudian memilin dan memijat puting susu Chua hingga perlahan tapi pasti puting
susu Chua mengeras dan mengacung, yang dengan segera dijepit oleh jepitan buaya
tadi. Kembali Chua menjerit-jerit kesakitan. Si botak kembali mengulangi itu
pada puting susu Chua yang lain. Chua hanya bisa menjerit-jerit ketika rasa
sakit menyerang kedua puting susunya sekaligus. Mesin yang terletak dihadapan
Chua mempunyai tombol putar yang berguna untuk mengatur besar arus listrik yang
mengalir ke kabel yang tersambung ke jepitan buaya tadi.
Chua melihat dengan mata ketakutan melihat si botak
meletakan tangannya di atas tombol putar tadi. Si botak memutar tombol itu
sedikit dan jarum penunjuk tampak melompat sedikit. Chua dapat merasakan
getaran di kedua puting susunya. Kembali si botak menanyai Chua tentang
obat-obatan tadi. Dan ketika jawaban Chua tidak memuaskan dirinya, si botak
memutar tombol tadi lebih jauh.Chua kembali menjerit kesakitan ketika getaran
di puting susunya berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan dan terus menyebar
hingga menyakiti seluruh buah dadanya. Akhirnya rasa sakit itu menjalar
keseluruh tubuhnya yang terkejang-kejang. Itu berlangsung selama beberapa
menit, dan setiap kali si botak memutar tombol itu lebih jauh lagi setelah
berhenti untuk beberapa detik. Dan setiap kali rasa sakit yang terasa membuat
Chua menjerit semakin keras. Kemudian si botak melepaskan salah satu jepitan
buaya tadi dari puting susu Chua dan menjepitkannya ke itil Chua yang berwarna
merah. Chua sangat berharap ia bisa pingsan saat itu juga tapi tidak berhasil,
dan ia harus merasakan rasa sakit yang kali ini menyerang puting susu dan
itilnya sekaligus.
Chua masih tetap tidak bisa memberikan jawaban yang
memuaskan pada si botak. Dan ia hampir tidak bisa menahan rasa sakit karena
aliran listrik yang dialirkan ke seluruh tubunya. Tetapi tetap saja kedua polisi
tadi terus menyiksanya. Kaki Chua terbuka lebar membuat lubang memek itu
terbuka terlihat jelas dengan tubuhnya yang tergantung. Si botak kemudian
melepaskan jepitan buaya itu dari puting susu dan itil Chua. Dan mengambil
sebuah kontol kontolan yang terbuat dari logam. Panjangnya sekitar 30 senti
dengan diameter sekitar 5 senti. Si botak kemudian menyambungkan kabel yang
tadi tersambung ke jepitan buaya tadi, ke pangkal kontol kontolan tadi. Si
botak kemudian mendekati Chua. Ia mengacungkan kontol kontolan tadi di wajah
Chua sambil mengulangi pertanyaannya soal obat tadi. Chua sangat ingin menjawab
pertanyaan itu, tapi ia sama sekali tidak tahu menahu soal obat-obatan
terlarang yang selalu ditanyakan. Si botak kemudian menyalakan mesin tadi. Si
botak memegang kontol kontolan tadi pada pangkalnya yang dilapisi oleh karet
dan plastik keras. Dan ujung kontol kontolan tadi didekatkan pada memek Chua.
Si botak menyeringai ketika ia menempelkan ujung
kontol kontolan itu pada itil Chua. Dan arus listrik kembali mengalir dari
kontol kontolan tadi ke itil Chua. Tubuh Chua kembali mengejang kesakitan
ketika aliran listrik kembali mengalir ke seluruh tubuhnya. Chua kembali
menjerit kesakitan. Si botak kemudian mengarahkan ujung kontol kontolan tadi ke
bibir memek Chua dan memasukannya ke dalam memek Chua. Rasa sakit karena aliran
listrik tadi dan masuknya kontol kontolan besar tadi yang membuka liang memek
dan merobek selaput daranya dengan brutal, membuat Chua tidak bisa lagi
bertahan, setelah dua puluh detik Chua jatuh lemas dan pingsan. Si botak terus
menggerakan kontol kontolan tadi keluar masuk ke memek Chua selama sepuluh
detik lagi. Kemudian ia menarik kontol kontolan itu keluar dan mematikan mesin
tadi. Setalah kontol kontolan itu lepas dari lubang memek Chua tampaklah lendir
kental dan berwarna putih bening yang cukup banyak mengalir dari dalam memek
itu bercampur dengan darah keperawanan Chua. Ia membiarkan Chua yang tak
sadarkan diri tetap tergantung dan berbalik mendekati Citra dan Tantri.
Kedua gadis itu melihat semua penyiksaan pada diri
Chua dengan penuh ketakutan. Mereka sangat ketakutan membayangkan apa yang akan
terjadi pada diri mereka selanjutnya. Kedua polisi itu sudah menyadari ketiga
gadis itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan pengedar obat terlarang tapi
mereka memutuskan untuk tetap menanyai Citra dan Tantri. Giliran selanjutnya
adalah Citra. Citra dibawa ke tengah ruangan tepat disebelah Chua dan diikat
dengan cara yang sama dengan Chua. Tapi tangan dan kakinya tidak terlalu ditarik
hingga Citra bisa berdiri di atas kedua kakinya di lantai. Dan Citra kembali
ditanyai, dan jawaban yang di dapat tetap tidak memuaskan. Si hitam mengambil
sebuah kuda-kuda dari lemari. Kemudian ia memasang kontol kontolan logam tadi
pada kuda-kuda tadi hingga berdiri tegak dengan ujung menghadap ke atas. Si
hitam kemudian mendorong kuda-kuda tadi hingga terletak diantara kedua kaki
Citra yang terbuka. Si hitam kemudian merendahkan kuda kuda tadi untuk kemudian
memasukan kontol kontolan tadi ke dalam memek Citra. Mesin tadi masih belum
dinyalakan sehingga kontol kontolan tadi tidak dialiri oleh listrik. Ketika
kuda kuda tadi telah mencapai tingginya, kontol kontolan tadi telah masuk
sekitar 20 senti ke memek Citra. Citra dengan kesakitan berusaha berjingkat untuk
mengurangi rasa nyeri di selangkangannya.
Si botak kemudian mengambil sepasang jepitan dan
menjepitkannya ke kedua puting susu Citra. Jepitan itu mempunyai desain khusus,
sehingga setiap kali kabel yang ada diujungnya ditarik, jepitan itu akan semakin
menjepit dengan gigi giginya yang tajam. Citra menjerit kesakitan ketika kedua
puting susunya dijepit oleh jepitan tadi. Si botak kemudian memasukan kabel
yang ada diujung jepitan itu pada gelang besi yang ada di langit langit hingga
sekarang setiap kali kabel itu ditarik Citra akan menjerit kesakitan karena
gigi jepitan itu menancap makin dalam di puting susunya. Dan kedua polisi tadi
mulai penyiksaan pada Citra. Si hitam memulai dengan menanyai Citra. Dan setiap
kali jawaban Citra tidak memuaskan, sebuah pemberat digantungkan pada ujung
kabel tadi. Dengan pemberat tadi kabel itu langsung tertarik dan menyebabkan
jepitan tadi makin menancap ke puting susu Citra. Dengan segera puting susu dan
buah dada Citra tertarik oleh pemberat yang terus ditambah di ujung kabel tadi.
Citra berusaha bergerak maju untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan, tapi
kuda kuda dan kontol kontolan yang dimasukan dalam memeknya membuat ia tidak
bisa bergerak. Setiap pemberat ditambah semakin keras Citra menjerit-jerit minta
ampun. Jeritan Citra makin lama makin keras, karena Citra merasa puting susunya
seakan telah dijepit hampir putus oleh jepitan tadi.
Akhirnya, si hitam mendekati mesin listrik tadi dan
mulai menyalakannya. Tubuh Citra melonjak ketika aliran listrik tiba-tiba
mengalir, membuat tubuhnya menarik jepitan itu mundur dan membuat puting
susunya makin sakit. Setiap lima detik sekali sebuah kejutan listrik mengalir
melalui kontol kontolan tadi. Dan si botak terus menambah pemberat di ujung
kabel jepitan tadi. Si hitam terus menanyai Citra, tapi Citra terlalu kesakitan
untuk bisa menjawab setiap pertanyaan. Citra hanya bisa menagis dan
menjerit-jerit, berteriak minta ampun setiap kali kejutan listrik itu mengaliri
tubuhnya. Kedua polisi tadi akhirnya memutuskan bahwa Citra tidak bisa
memberikan keterangan apapun. Aliran listrik tadi mulai dilemahkan kekuatannya
hingga tidak sekuat tadi, tapi Citra tetap dibiarkan tergantung pada posisi
seperti semula, sementara kedua polisi itu mendekati Tantri untuk mulai menanyainya.
Chua masih tergantung tak sadarkan diri, sementara Citra dengan kaki terbuka,
dan kontol kontolan logam dengan aliran listrik dimasukan dalam memeknya, dan
Tantri mulai dipersiapkan untuk mulai ditanyai. Kedua polisi tadi menurunkan
Chua dan memborgolnya untuk kemudian menggantungkan borgol tadi pada gelang
besi di dinding dan kakinya yang tergantung diikat pada gelang besi di lantai.
Borgol di tangan Tantri dilepaskan dan Tantri digiring ke tengah ruangan tepat
di tempat Chua tergantung tadi. Tantri diperintahkan untuk berbaring
terlentang. Kemudian kedua pergelangan kakinya diikat dengan tali yang
tergantung pada gelang di langit-langit. Kemudian tali-tali itu ditarik,
menyebabkan Tantri tergantung dengan kepala di bawah, dan kakinya di atas
terbuka lebar. Kepala Tantri tergantung sekitar 15 senti dari lantai, dan kedua
tangannya diikatkan pada gelang besi yang ada di lantai.
Si hitam mulai menanyai Tantri, masih tentang pengedar
obat terlarang. Si hitam menyadari Tantri juga tidak akan bisa memberinya
informasi, tapi ia dan si botak akan tetap menanyainya untuk memuaskan mereka.
Si botak mendekati Tantri dari belakang. Dengan posisi tergantung terbalik dan
kaki terbuka lebar, memek Tantri terlihat jelas oleh si botak. Kemudian ia
mengambil pentung polisi yang dibawanya dan memasukkanya ke dalam memek Tantri.
Tantri menjerit-jerit kesakitan, berteriak memohon si botak berhenti menyakiti
dirinya, tapi si botak tidak mempedulikannya. Ia malah terus menekan
petungannya makin dalam ke memek Tantri. Tantri meronta-ronta menarik-narik
ikatan di tangannya tanpa hasil. Ia mulai menggerakan pentungan itu keluar
masuk memek Tantri, sementara si hitam melihatnya sambil tertawa senang. Si
botak akhirnya menarik pentungan itu keluar dan memasukan jarinya ke dalam
memek Tantri untuk memeriksa apakah memek Tantri sudah mengeluarkan cairan. Si
botak melihat selain cairan lendir birahi menempel pada jarinya, darah perawan
Tantri terlihat melumuri jarinya.
Si hitam masih terus menanyai Tantri tanpa bisa
dijawab oleh Tantri. Ia kemudian mengambil sebuah pecut. Pegangan pecut tadi
adalah sebuah kontol kontolan dan pecut itu terdiri dari sepuluh jalinan
sekaligus dengan panjang sekitar 40 senti. Si hitam memperlihatkan pecut itu
pada Tantri, dan Tantri kembali menjerit-jerit minta ampun. Ia hanya tersenyum
dan kembali menanyainya. Ketika Tantri masih tidak bisa menjawab, Ia mendekati
Tantri dan mengayunkan pecutnya ke selangkangan Tantri. Sepuluh jalinan pecut
tadi tepat mendarat di memek Tantri, berlanjut ke perutnya. Rasa sakit yang
ditimbulkan membuat Tantri tersentak dan tidak bisa bernafas selama beberapa
detik. Selanjutnya jerit kesakitan Tantri terdengar melengking. Ia terus
mengayunkan pecutnya ke selangkangan Tantri. Sebelum akhirnya ia berhenti
sejenak beristirahat. Sedangkan Tantri terus menjerit-jerit ketika rasa sakit
di memeknya terus menyegat menyakiti seluruh tubuhnya. Ketika jeritan Tantri
berhenti, kembali ia mengajukan pertanyaan. Ketika masih tidak bisa dijawab
oleh Tantri, empat ayunan pecut kembali diayukan ke selangkangan. Tantri.
Jeritan Tantri kembali terdengar. Tantri tak berdaya melindungi dirinya. Dan ia
tidak bisa menjawab pertanyaan si hitam untuk bisa menghentikan ia terus
memecuti dirinya. Tantri masih terus dipecut untuk beberapa menit kemudian.
Akhirnya kedua polisi tadi berhenti dan menjauhi
Tantri sambil berdiskusi. Mereka berbisik dan menunjuk nunjuk ketiga gadis itu,
kadang tertawa senang, sampai akhirnya mencapai sebuah keputusan. Si botak
mengambil sebuah botol minuman keras dari lemari. Kedua polisi itu
masing-masing meneguk botol itu, sebelum mereka kembali mendekati ketiga gadis
itu. Tangan Tantri dilepaskan dari ikatan di lantai. Kemudian kedua pergelangan
tangan Tantri diikat dengan tali yang tergantung pada langit-langit. Ketika
tali-tali itu ditarik dan dikencangkan, Tantri sudah tergantung pada kaki dan
tangannya. Posisi tubuh Tantri tergantung dengan bagian depan menghadap ke
atas, kepalanya terdongak tergantung, dengan ketinggian tepat untuk diperkosa.
Sedangkan Citra hampir kehabisan nafas, setelah sekian lama disengat oleh
aliran listrik setiap lima detik sekali. Setiap kali listrik itu mneyengat
rintihan terdengar dari bibir Citra yang memucat. Si hitam kemudian mematikan
mesin listrik tadi, membuat tubuh Citra terjatuh lemah lunglai, membuat kontol
kontolan logam tadi terbenam makin dalam ke memek Citra, dan Citra mengerang
kesakitan. Tubuhnya masih tergantung dengan tangan terikat ke langit langit dan
kakinya masih terbuka lebar.
Kuda kuda tadi dipindahkan, kontol kontolan logam juga
dikeluarkan dari memek Citra. Ikatan pada kaki Citra dikendorkan, sedangkan
tali pada pergelangan tangan Citra ditarik. Sekarang Citra tergantung terangkat
dari lantai dengan kaki terbuka lebar dan seluruh berat badannya bergantung
pada ikatan pada tangannya. Persis dengan posisi Chua pada permulaan tadi.
Citra baru berusaha mengumpulkan tenaganya kembali ketika si botak mendekati
dirinya. Ia kemudian menuangkan minuman keras dari botol yang dipegangnya ke
dalam mulut Citra. Citra menelan cairan itu, lalu terbatuk-batuk ketika
tenggorokannya terasa panas karena minuman itu. Kemudian ikatan pada tangan
Citra dilepaskan dan Citra dibantu untuk berdiri di kedua kakinya. Ia terus
menuangkan minuman keras ke mulut Citra, perlahan pucat dari wajah Citra mulai
menghilang. Ketika kesadaran Citra pulih seluruhnya, ia melihat Chua yang
tergantung di dinding dan Tantri yang digantung pada kedua tangan dan kakinya
di tengah ruangan. Kedua polisi tadi telah melepaskan seluruh pakaiannya.
Si botak kemudian mendorong tubuh Citra hingga jatuh
berlutut. Kemudian si botak mendekatkan kontolnya yang masih lemas ke mulut
Citra dan memerintahkannya untuk mengulum kontol itu. Citra teringat pada
sebuah film dewasa yang pernah dilihatnya bersama Chua dan Tantri, dan ia
menyadari apa yang diinginkan oleh polisi itu, Citra juga terlalu takut untuk
menolak perintah itu. Citra kemudian memasukan kontol itu dalam mulutnya dan
mulai mengulumnya membuat kontol itu mengeras dan membesar. Si hitam berbalik
mendekati Tantri. Kepala dan memek Tantri tepat tergantung setinggi pinggang si
hitam. Ia kemudian mendekati kepala Tantri. Tantri berusaha mengangkat
kepalanya berusaha melihat semua yang dilakukan oleh kedua polisi tadi. Si
hitam menarik kepala Tantri hingga terdongak ke atas lagi dan mendekatkan
kontolnya pada mulut Tantri. Tantri juga menuruti kemauannya, mengulum dan
menjilati kontolnya, takut akan apa yang mungkin akan terjadi jika ia
menolaknya. Kedua kontol polisi tadi segera mengeras dan membesar. Keduanya
sudah sangat bernafsu. Si botak yang sedang memperkosa mulut Citra sedang
bersiap-siap untuk memperkosa . Karena tubuh Chua yang tergantung tinggi dari
lantai, ia membutuhkan sebuah kotak untuk bisa menambah tingginya hingga
kontolnya bisa masuk ke memek Chua.
Tapi ternyata kotak itu terlalu tinggi hingga terpaksa
ia menekuk kakinya untuk bisa mengarahkan kepala kontolnya ke bibir memek Chua.
Ketika ia meluruskan kakinya, penisnya terdorong masuk ke memek Chua yang
terluka karena penyiksaan tadi. Chua kembali mengeluarkan jerit kesakitan.
Kakinya yang terikat erat membuat ia tidak ikut terangkat ke atas ketika kontol
si botak mulai masuk ke memeknya. Si botak mulai bergerak keluar masuk, membuat
memek Chua yang sudah terluka bertambah sakit dan nyeri. Ia terus bergerak
selama beberapa menit sebelum akhirnya mengerang dan menyemburkan pejunya ke
dalam memek Chua. Si hitam sudah mulai memperkosa Tantri. Dengan tubuh
tergantung demikian, ia dengan mudah dapat berdiri di antara kedua kaki Tantri
dan memasukan kontolnya ke dalam memek Tantri. Tali-tali yang mengikat. Tantri
membuat tubuh Tantri dapat berayun ke segala arah. Si hitam berdiri tepat di
depan selangkangan Tantri. Ia memasukan dua jarinya ke dalam memek Tantri dan mulai
menggerakannya keluar masuk sampai cairan keluar dari memek Tantri. Ia kemudian
mendekat dan memasukan kontolnya ke dalam memek Tantri. Tubuh Tantri mulai
berayun ke depan. Ia memegangi pinggang Tantri dan menariknya kembali ke
belakang membuat kontolnya terbenam makin dalam ke memek Tantri. Kemudian si
hitam hanya perlu berdiri dan memegangi pinggang Tantri sambil menarik dan
mendorong tubuh ke depan dan ke belakang membuat kontolnya keluar masuk memek
Tantri. Ia terus menikmati memek Tantri untuk beberapa saat. Sedangkan Tantri
hanya bisa berteriak kesakitan setiap kali kontol yang besar menerobos masuk ke
memeknya yang masih sempit. Akhirnya setelah beberapa menit si hitam mencapai
orgasme, dan menyemprotkan pejunya ke memek Tantri.
Kedua polisi itu sudah puas dengan orgasme pertama
mereka, dan mereka berdua bersiap untuk kembali mempermaikan ketiga gadis itu
lagi. Citra, Tantri dan Chua masing-masing diberi minuman keras oleh mereka
untuk menyadarkan mereka dari shock perkosaan yang baru mereka alami. Chua dan
Tantri dibiarkan tergantung pada posisi mereka ketika diperkosa tadi. Si hitam
mendekati lemari dan kembali dengan membawa sebuah alat kejutan listrik. Di
ujung alat yang berbentuk seperti ketapel itu terdapat bulatan lugam. Jika
bulatan logam itu ditempelkan pada tubuh seseorang maka tubuh orang itu akan
disengat oleh aliran listrik yang kuat. Ia mendekat pada Citra dan menempelkan
ujung alat itu pada pantat Citra. Kejutan listrik yang terjadi membuat tubuh
Citra terlompat dan mengejang disertai jerit kesakitan Citra. Kemudian Citra
ditarik mendekat pada Chua. Citra berlutut di hadapan Chua. Kemudian ia
diperintahkan untuk memasukan jarinya ke memek Chua. Citra mulanya menolak,
tapi ia berubah pikiran melihat ujung alat yang dipegang oleh si hitam mendekat
ke susunya. Citra mulai memasukan dua buah jarinya ke memek Chua yang baru saja
diperkosa oleh si botak. Jari Citra dengan mudah masuk karena peju si botak
masih terlihat mengalir keluar dari memek Chua. Si hitam kemudian memerintahkan
agar Citra memasukan satu jari lagi. Tiga jari Citra masih dapat dengan mudah
masuk ke memek Chua. Ketika Citra mendorong masuk keempat jarinya sekaligus,
memek Chua mulai terasa sempit. Citra harus mendorong lebih keras agar
jari-jarinya bisa masuk, yang mengakibatkan Chua mengerang kesakitan. Akhirnya
dengan dorongan keras keemapt jari Citra bisa masuk ke memek Chua. Setelah itu
si hitam akhirnya menyuruh Citra memasukan seluruh jari dan tangannya masuk ke
memek Chua.
Citra menarik jarinya dari memek Chua dan
menggelengkan kepalnya menolak perintah si hitam. Ujung alat si hitam menempel
ke buah dada Citra. Citra berteriak kesakitan, dan tubuhnya terlempar ke
lantai. Ia terus mendekati tubuh Citra. Alat itu selanjutnya menempel di
selangkangan Citra. Citra kembali berteriak kesakitan. Citra kemudian merangkak
mendekati Chua yang tergantung di dinding. Ketika tubuh Citra kembali disentuh
oleh alat tadi, Citra memasukan seluruh jarinya ke memek Chua. Chua
menjerit-jerit kesakitan. Citra berusaha keras agar dirinya tidak disakiti lagi
oleh si hitam, berusaha memasukan tangannya ke memek Chua yang makin lama
menjerit makin keras dan memilukan. Citra terus berusaha mendorong kelima
jarinya masuk ke memek Chua, perlahan berusaha mengurangai rasa sakit yang
diderita oleh Chua. Tapi tangan Citra adalah benda terbesar yang pernah
berusaha masuk ke memek Chua. Dan ketika bibir memek Chua melebar berusaha
dimasuki oleh tangan Citra, rasa sakit yang ditimbul semakin menjadi-jadi.
Akhirnya dengan satu dorongan keras seluruh jari Citra masuk ke dalam memek
Chua.
Ketika pangkal ibu jari Citra masuk bersamaan dengan
keempat jari Citra dan membuat bibir memek Chua membuka tambah lebar,Chua
berteriak dan menronta-ronta kesakitan. Ketika seluruh telapak tangan Citra
masuk, bibir memek Chua menjepit erat pergelangan tangan Citra. Citra dapat
merasakan bagian dalam memek Chua berdenyut-denyut. Sedangkan Chua merasa
dirinya seperti hamil merasakan tangan Citra masuk seluruhnya. Si hitam
kemudian menempelkan kembali alat listrik tadi ke susu Citra. Ketika tubuh
Citra terlompat kesakitan, tangan Citra tertarik dari memek Chua. Tangan Citra
tertarik sebagian keluar dan tersangkut pada memek Chua. Chua kembali menjerit
kesakitan. Sedangkan Citra hanya bisa menangis. Perlahan Citra berhasil
menguasai dirinya dan menyadari sebagian tangannya masih ada di dalam memek
Chua. Citra kemudian berusaha menarik tangannya dan setelah beberapa saat
tangan itu berhasil ditariknya keluar dari memek Chua. Chua terus berteriak dan
menjerit kesakitan sementara si botak dan si hitam menonton sambil tertawa
senang melihat Chua meronta-ronta kesakitan. Si hitam kemudian mendekatkan
alatnya pada memek Chua. Jeritan Chua, terdengar seperti binatang yang sangat
kesakitan, melolong tinggi. Chua terus dibiarkan tergantung pada dinding.
Sementara itu Chua sendiri masih terus menangis dan merintih kesakitan,
merasakan memeknya yang bagaikan terobek oleh masuknya tangan Citra tadi.
Kedua polisi itu bersiap untuk menyiksa Citra
sekarang. Pertama-tama mereka membawa Citra kembali ke tengah ruangan. Si botak
kemudian mengambil sebuah benda yang membuat wajah Citra memucat ketakutan.
Benda itu berupa logam sepanjang satu meter dengan dua buah kontol kontolan
logam dilas pada tengah-tengahnya. kontol kontolan yang satu berukuran besar,
sekitar 25 senti panjang dan berdiameter 10 senti. Yang satu lagi panjangnya 15
senti dan berdiameter sekitar 3 senti. Tangan Citra kembali diborgol ke
belakang. Kedua puting susunya dijepit oleh jepitan yang pernah dijepitkan pada
puting susunya tadi. Jepitan yang akan menjepit makin keras jika kabel yang ada
diujungnya ditarik. Kembali Citra menjerit ketika puting susunya yang sekarang
berwarna ungu kembali dijepit oleh jepitan buaya itu. Kemudian kabel tadi
ditarik dan kemudian diikatkan pada gelang besi yang ada di langit-langit.
Sekarang puting susu dan susu Citra tertarik keatas sehingga Citra berusaha
berjinjit untuk mengurangi rasa sakit yang timbul. Selanjutnya batang besi tadi
diletakan diantara kedua kaki Citra dengan kontol kontolan yang berukuran besar
di depan. Tali-tali dari langit-langit diikatkan pada kedua ujung batang logam
tadi dan untuk kemudian tali itu ditarik hingga batang logam tadi terangkat ke
atas, menuju ke arah memek dan pantat Citra. kontol kontolan yang besar bersentuhan
dengan bibir memek Citra. Si hitam mengarahkan agar ujung kontol kontolan logam
itu tepat di liang memek Citra. Si botak terus menraik tali yang mengikat
batang tadi. kontol kontolan itu mulai membuka bibir memek Citra dan menerobos
masuk. Citra menjerit kesakitan ketika memeknya melebar berusaha dibuka oleh
kontol kontolan logam tadi yang terus masuk karena batang tadi ditarik ke atas
oleh si botak. Kemudian kontol kontolan yang lebih kecil mulai menempel ke
liang pantat Citra. Citra menjerit ketakutan menyadari apa yang akan terjadi
selanjutnya.
Ketika kontol kontolan kecil itu mulai menempel, tubuh
Citra ikut terangkat ke atas. Liang duburnya tidak membuka untuk kontol
kontolan yang kecil itu. Tapi berat tubuh Citra, membuat tubuh Citra yang pada
mulanya ikut terangkat perlahan turun. Dan itu menyebabkan liang pantat Citra
mulai membuka perlahan dimasuki oleh kontol kontolan kecil tadi. Rasa sakit
yang dirasakan oleh Citra tak terkira. Citra belum pernah merasakan satu
bendapun masuk ke dalam duburnya yang kecil dan sempit. Tapi sekarang liang
dubur itu terbuka perlahan, diterobos oleh kontol kontolan logam itu. Untuk
sesaat Citra melupakan kontol kontolan besar yang juga terus terbenam masuk ke
memeknya karena sakit yang terasa amat sangat terdapat pada duburnya. Perlahan
seluruh kontol kontolan tadi terbenam seluruhnya ke memek dan pantat Citra.
Tapi logam itu terus terangkat membuat tubuh Citra juga ikut terangkat dari
lantai. Dengan tangan terborgol ke belakang Citra tidak bisa menjaga keseimbangannya
ketika tubuhnya terangkat dari lantai. Tubuh Citra mulai terjatuh ke depan,
sampai akhirnya tertahan oleh kabel yang terikat pada jepitan di puting susu
Citra.
Citra menjerit-jerit ketika jepitan itu menjepit makin
dalam karena tertarik oleh tubuhnya yang jatuh ke depan. Citra terus menerus
menjerit sampai akhirnya tubuh Citra benar-benar terangkat dari lantai dengan
tergantung pada kabel yang ada di puting susunya dan dua kontol kontolan yang
masuk dan mengangkat tubuhnya dari lantai. Ketika selesai, tubuh Citra
tergantung sekitar satu meter dari lantai. Kedua polisi itu bergantian
mendorong tubuh Citra hingga terayun-ayun membuat Citra menjerit kesakitan
karena kabel jepitan yang ada di puting susunya ikut tertarik. Puting susu dan
buah dada Citra tampak memerah dan kemudian berubah menjadi ungu karena terus
menerus ditarik dan dijepit makin keras. Akhirnya mereka puas mendengar jerit
kesakitan dari Citra. Mereka menurunkan batang logam tadi sehingga sekarang
Citra bisa berdiri di atas kedua kakinya tapi kedua kontol kontolan yang
jepitan tadi masih ada di tempatnya masing-masing. Penyiksaan pada diri Citra
membuat nafsu pada kedua polisi itu bangkit lagi. Satu-satunya gadis yang masih
tersisa adalah Tantri, yang masih tergantung terlentang pada kaki dan
tangannya. Mereka berdua mendekati Tantri. Si hitam mendekati kepala Tantri
sedangkan si botak berdiri di depan selangkangan Tantri. Si hitam memasukan
kontolnya yang masih lemas ke mulut Tantri, sementara si botak memasukan tiga
jarinya ke dalam memek Tantri dan melebarkan bibir memek Tantri. Tantri meronta
kesakitan, tapi ia hanya bisa berayun-ayun dalam ikatannya, sedangkan mulutnya
sudah dipenuhi oleh kontol yang terus membesar dan mengeras. Ketika kontol
telah mengeras seluruhnya, ia memberi tanda pada si botak dan mereka bertukar
tempat.
Mereka mulai memperkosa Tantri secara bersamaan.
Sebuah kontol yang lemas kembali masuk ke dalam mulutnya dan kontol si hitam
yang keras dan tegang masuk ke dalam Memeknya. Kembali tubuh Tantri berayun
kedepan dan belakang. Dan ketika kontol si botak telah mengeras seluruhnya ia
mendorong kontol itu makin dalam ke tenggorokan. Tantri. Dalam sesaat memek dan
tenggorokan Tantri mulai diperkosa oleh kontol si hitam dan si botak. Setelah
beberapa menit kedua polisi itu mencapai puncak dan keduanya menyemburkan
pejunya ke memek dan mulutTantri. Ketiga gadis itu tergantung kesakitan dalam
ruangan itu. Chua tergantung di dinding. Kakinya terikat pada lantai dan
terbuka lebar. Tangannya terasa sakit karena terikat dan menanggung berat
tubuhnya. Citra berdiri dengan tangan terborgol ke belakang. Jepitan pada
puting susunya membuat Citra tidak berani bergerak sedikitpun. Dan di antara
kedua kakinya terdapat batang logam dengan dua buah kontol kontolan logam yang
terbenam masuk ke memek dan pantatnya. Tantri terikat dan tergantung pada kedua
kai dan tangannya. Memeknya teluka karena dipecuti dan dirinya baru diperkosa
secara bersamaan.
Setelah beristirahat sejenak kedua polisi tadi mulai
lagi membuat ketiga gadis itu saling menyiksa temannya masing-masing. Tantri
diturunkan dari ikatan. Si hitam memberinya minuman keras untuk memulihkan
seluruh kesadarannya. Ia kemudian menyerahkan pecut yang tadi dipergunakannya
pada Tantri sendiri. Sedangkan Chua serta Citra masih terikat dan tergantung di
ruangan itu. Si hitam kemudian memerintahkan Tantri agar mulai memecuti mereka,
sampai mereka menyuruh Tantri berhenti. Dan jika ia tidak menuruti perintah
itu, Tantri sendiri yang akan merasakan pecut itu sekali lagi. Tantri tidak
punya pilihan lain selain menuruti perintah itu. Tantri mendekati tubuh Chua
yang masih tergantung. Seluruh tubuh Chua terpampang dan dapat dipecuti oleh
Tantri. Tantri berbisik mohon maaf ketika dirinya makin dekat dengan Chua.
Dengan ragu-ragu ia mengayunkan pecutnya ke paha Chua. Chua menjerit kesakitan,
tapi si hitam berteriak agar Tantri mengayunkan pecut itu lebih keras lagi.
Kembali Tantri mengayunkan pecutnya ke paha Chua, yang membuat Chua menjerit
lebih keras lagi.
Hitam kemudian merampas pecut itu dari tangan Tantri
dan menyuruh Tantri membungkukan badannya. Tantri terdiam. Si hitam mengancam
akan menghukum Tantri lebih menyakitkan jika Tantri tidak menuruti perintahnya.
Tantri berbalik dan membungkukan badannya. Si hitam mengayunkan pecut tadi
sekuat tenaga mengarah pada pantat Tantri. Tantri menjerit dan jatuh tersungkur
ke lantai, tangannya menutupi bekas merah yang timbul pada pantatnya. “Bangun!”
si hitam berteriak. Tubuh Tantri tidak bertenaga untuk bangkit setelah pecutan
yang sangat menyakitkan tadi. Ketika melihat Tantri tetap berbaring di lantai
ia mulai mengayukan pecutnya lagi. Pecut itu mendarat di perut Tantri kemudian
pada punggung Tantri. Tantri berusaha bangkit untuk menghentikan pecutan
tersebut. Dan ketika ia berhasil berdiri dengan sempoyongan, ia menghentikan
pecutannya. Ia menunggu hingga Tantri membungkuk lagi. Pecutan yang datang
lebih keras dari sebelumnya. Tantri berusaha bertahan dengan menggigit bibirnya
agar tidak tersungkur lagi. Ia terus menjerit kesakitan tapi tetap berdiri
membungkuk. Ia kemudian menyerahkan pecutnya kembali ke Tantri dan menyuruhnya
agar menggunakan tenaganya.
Tantri mengambil pecut itu dan berjalan tertatih-tatih
mendekati Chua. Pantatnya terasa sangat sakit dan ia tidak ingin si hitam
kembali memecutnya. Tantri kemudian mengayunkan pecut pada paha Chua sekuat
tenaganya. Chua kembali menjerit. Si hitam mengangguk dan melihat Tantri
mengayunkan pecutnya lagi. Kembali jeritan Chua terdengar. Ia kemudian menyuruh
Tantri memecuti Chua dari depan. Tantri menangis selain karena sakit yang
dirasakannya pada pantatnya, juga karena ia menyiksa sahabatnya Chua. Tantri
mengayunkan pecutnya ke puting susu Chua. Chua menjerit dan mengejang. Kembali
pecut itu mendarat di puting susu Chua. Selanjutnya pecut itu mengarah ke memek
Chua. Jeritan Chua makin tinggi dan keras sekarang. Ia membiarkan Tantri
memecuti puting susu dan memek. Chua untuk beberapa saat. Si hitam kemudian
memerintahkan agar Tantri memasukan gagang pecut yang berbentuk kontol itu ke
memek Chua. Tantri memandang gagang itu ketakutan, tapi si hitam mendekatinya
membuat ia segera melaksanakan perintah tadi. Tantri mulai mendorong gagang
pecut tadi masuk ke memek Chua. Chua mengerang kesakitan ketika dirasakannya
ujung gagang itu mulai memasuki memek yang terluka tadi. Tantri perlahan
berhasil memasukan sekitar 20 senti dari gagang itu ke dalam memek Chua.
Sementara Chua terus merintih kesakitan.
Si hitam kemudian menyuruh Tantri menggerakan gagang
pecut itu. Tantri segera menggerakan gagang pecut tadi keluar masuk memek Chua.
Chua menrintih dan meronta-ronta ketika memek yang telah terluka karena tangan
Citra tadi kembali digesek-gesek oleh gagang pecut yang kasar. Tantri terus
menggerakan gagang tadi selama beberapa menit, sebelum si hitam menyuruhnya
untuk berhenti. Si botak kemudian mendekati Chua dan melepaskan ikatannya.
Tubuh Chua langsung ambruk ke tanah. Memau-memar dan garis-garis merah terlihat
di sekujur tubuh Chua. Ia kembali menuangkan minuman keras ke mulut Chua untuk menyadarkannya.
Setelah beberapa saat Chua mampu berdiri di atas kakinya. Sementara itu Tantri
kembali diperintahkan untuk memecuti tubuh Citra. Tantri mengayunkan pecutnya
ke punggung Citra. Tubuh Citra terlonjak sehingga puting susunya makin terjepit
dan membuat ia berteriak kesakitan. Tantri memecut Citra sebanyak empat kali.
Perut, pantat, dan susunya mendapat pecutan dari Tantri dan Citra menangis
keras ketika akhirnya Tantri berhenti. Citra kemudian dilepaskan. Jepitan dari
puting susunya dilepaskan dan kedua tangannya juga dibebaskan dari borgol.
Citra berusaha mengeluarkan kedua kontol kontolan tadi dari memek dan pantatnya
tapi ia merasa kesakitan setiap kali ia berusaha menariknya keluar. Akhirnya si
botak dan si hitam secara bersamaan menarik batang loga tadi dengan brutal.
Ketika mereka menarik batang logam tadi, kedua kontol kontolan itu tertarik
keluar dan membuat Citra menjerit, dan terlihat darah melumuri kedua kontol
kontolan tadi. Citra menutupi memek dan pantatnya denga tangannya berharap bisa
mengurangi rasa sakit yang dideritanya. Sekarang ketiga gadis itu telah selesai
disiksa oleh si botak dan si hitam. Kelima orang di ruangan itu semuanya
telanjang bulat. Ketiga gadis itu telah dibebaskan dari semua ikatan mereka.
Kedua polisi itu lalu berpakaian kembali, dan membakar pakaian ketiga gadis
itu.dan akhirnya mereka akn dibiarkan bugil sampai waktu yang ditentukan oleh
polisi polisi bejat itu.
0 komentar on Tantri Kotak dan Citra Idol :
Post a Comment and Don't Spam!
Silahkan berkomentar dengan baik .
Jika ada link yang rusak atau ada permintaan silahkan tinggalkan komentar dengan bahasa yang sopan